"sebuah tulisan yang saya buat semasa kampanye,,," (Presiden Mahasiswa BEM FKIP UNTAN 2013)REFORMASI MAHASISWA FKIP
By : Putra Kurniadi
A. Kondisi Internal
Kondisi mahasiswa FKIP berada pada titik terendah, seperti ada tapi tak ada. Seperti kuat, tapi ternyata hanya buih dilautan. Gerakan mahasiswa juga seakan “baru” mencari jati diri, apakah akan melanjutkan tonggak estafet yang dibangun pada arah kontrol sosial politik radikal atau beralih pada paham akademisi yang mengacu pada perubahan masyarakat kedepan. Padahal, bila kita sejenak melongok ke belakang, pergerakan mahasiswa FKIP bisa dikatakan dinamis. Kualitas kader pada saat itu memang mumpuni. Terbukti, mahasiswa mampu menggulingkan rezim FKIP yang berkuasa pada saat itu. Coba kita lihat kondisi kita pada hari ini, untuk meminjam ruangan saja bisa membuat telinga merah. Belum lagi penghentian kegiatan, masalah transparansi, hak yang tak sesuai dan pembatasan penggunaan fasilitas. Mahasiswa FKIP bahkan nyaris tak sanggup untuk menolong dirinya sendiri, gimana mau nolong orang tho? Padahal kita itu kuat. Pada tahun 2012 saja, paling tidak terdapat kurang lebih seribu mahasiswa baru reguler A yang diterima di FKIP, belum lagi ditambah angkatan-angkatan senior yang masih merajalela di kampus. Semuanya tersebar di 14 prodi dengan 14 hima. Tapi, kemana semua kekuatan itu? Ya, secara kuantitas, FKIP sangat berpotensi menjadi sebuah kekuatan yang mengerikan. Namun, masih terdapat kerenggangan internal antar KBM yang tak jarang berujung pada perang dingin atau malah adu jotos. Tidak saling mengenal satu sama lain, bahkan terkadang tidak mengenal diri, itulah masalah utama kehidupan di kampus kita.Liberalisme tampaknya telah menjadi penyakit mahasiwa. Individualisme pada tiap-tiap kepala teleh merasuk. Pada tingkat hima, kepentingan sektoral menjadi amanat utama organisisasi. Hal tersebut memang tidak lepas dari tuntutan zaman yang serba sulit sekarang. Perkuliahan 7 tahun, standar IPK 3, harga kebutuhan pokok yang meningkat, dan mahalnya biaya kuliah seakan menjadi “pemulus” pemikiran individualisme dan apatisme mahasiswa. Yang lebih parah, sikap tersebut seakan diamini oleh hima-hima dan BEM, yang terkesan tidak melakukan tindakan apapun. Masih ingatkah anda dengan politik pecah belanda untuk menguasai hindia belanda? Politik yang berhasil mengadu para elitis di Nusantara yang tentu saja melemahkan. Sukarno pernah berkata, perjuangan kalian akan lebih sulit daripada perjuanganku, karena melawan musuh yang tak kasat mata. Bila dulu yang memecah belah adalah Belanda, nah sekarang malah sistem dan regulasi yang dibuatlah yang menyebabkannya.
B. Tujuan BEM FKIP Untan 2013/2014
Sebuah bangunan yang kuat adalah bagunan yang dibangun dengan perencanaan matang dengan material terbaik. Lihatlah betapa kuatnya piramid dan betapa megahnya taj mahal? Gabungan dari perencanaan matang dan bahan terbaik saja ternyata tidak cukup. Masih ada satu faktor penentu, yaitu tukang! Tanpa tukang, rencana hanyalah sebuah mimpi dan material hanyalah artefak. Ketiga faktor tersebut akan saling berkombinasi dan mewujudkan mimpi dan artefak menjadi sebuah kenyataan yang dapat dilihat bentuknya dan dirasa kegunaannya. Berkaitan dengan BEM, perencanaan yang matang dapat dilekatkan pada visi dan misi yang nantinya akan dimanifestasikan dalam program kerja. Material terbaik alat dan perlengkapan organisasi pendukung seperti aturan perundangan dan regulasi serta buah pikir. Untuk mengendalikan keduanya, maka diperlukan sumber daya manusia. Disinilah kader-kader BEM berperan.Demi mencapai organisasi yang kuat persatuan mutlak dibutuhkan. Bersatu yang dimaksud adalah menjadi satu kesatuan yang kuat untuk menghadapi segala tantangan nah, dalam persatuan ini dibutuhkan harmoni, yaitu kemampuan untuk bersinergi dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Telah diterangkan sebelumnya bahwa kita memiliki kuantitas yang besar, namun masih tercerai berai dalam bagian-bagian yang lemah. Kesadaran akan persatuan mahasiswa sebenarnya telah telah disadari sejak ratusan tahun lalu, diawali dengan boedi oetomo (1908) yang terdiri dari mahasiswa STOVIA yang dipecut karena penjajahan belanda. Semangat persatuan seperti ini mesti kita hidupkan kembali. Semangat persatuan yang memajukan kepentingan bersama.
Menyatukan berbagai berbagai hima dengan latar belakang yang heterogen tentu bukan pekerjaan gampang. Disini dibutuhkan kapasitas dan kerja keras, dan muara yang diinginkan adalah kepercayaan. BEM, akan berfungsi sebagai pemimpin yang memimpin rakyat-rakyatnya di HIMA. Kepercayaan terhadap pemimpin dan kepercayaan pemimpin haruslah tercipta secara nyata, tidak secara konseptual. Kepercayaan yang tinggi akan berbanding lurus dengan tingkat partisipasi. BEM yang tanpa dukungan rakyat sama saja dengan nasib raja-raja pada negara monarki saat ini. Hanya sebagai simbol, tak memiliki kekuatan dalam pemerintahan.
Setelah persatuan dengan dasar harmoni dan terpercaya terbentuk, maka akan lebih mudah untuk ekspansi gerakan dan penyuksesan program kerja. Pencerdasan dan peningkatan kemampuan berpikir massa lewat diskusi-diskusi yang cerdas adalah poin selanjutnya yang mesti dimasifkan.
Dalam keadaan ini, mahasiswa FKIP telah memiliki posisi tawar yang tinggi dan dapat mengokohkan posisinya sendiri. Tentu, akan sangat mudah untuk menangkal intervensi pihak luar maupun pihak atas.
BEM yang cerdas dan kritis mestinya juga diikuti oleh massanya. Pencerdasan sangatlah perlu agar mahasiswa FKIP tidak mudah dibodohi dan dijadikan boneka oleh pihak-pihak luar. Mahasiswa FKIP harus dapat menentukan masa depannya dan memiliki idealismenya sendiri dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang ada pada diri mereka " (QS.13:11)
0 comments:
Post a Comment